M. Syukri, Alumni Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo. (Dok/Istimewa). |
Lensajatim.id, Sumenep- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan anugerah kepada 68 pesantren di Indonesia yang memiliki usia satu abad atau satu abad lebih. Anugerah tersebut merupakan salah satu rangkaian dari peringatan 1 Abad NU.
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo adalah salah satu pondok pesantren yang mendapat anugerah. Piala penghargaan diberikan secara simbolis oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas kepada Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, Selasa (31/1/2023) malam.
M. Syukri selaku alumni dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo mengaku senang dan bangga atas anugerah yang diterima oleh pondok dimana dirinya dulu belajar dan nyantri.
" Alhamdulillah Ya Robb! Bahagia kami menjadi santri dari Pondok yang telah berkhidmat lebih dari satu Abad," tukas Sukri saat dikonfirmasi media. Minggu, (05/02/2023).
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sumenep ini juga terus mendoakan para pengasuh dan Kiai di Ponpes Sukorejo Situbondo.
" Semoga Pengasuh KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, keluarga besar Ponpes Salafiyah syafi'iyah Sukorejo bersama para umana' ma'had, para guru, santri dan alumni terus diberi kekuatan dalam meneruskan perjuangan para Muassis Ponpes Sukorejo. Barokallah... Amiiin Ya Robb!," tambah politisi asal Kepulauan Kangean yang juga Sekretaris DPC PPP Kabupaten Sumenep ini.
Sekedar diketahui, sebagaimana ditulis Republika.co.id Kiai Azaim sendiri merupakan pengasuh keempat. Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi'iyah sebelumnya adalah KHR Ahmad Fawaid As'ad, KHR As'ad Syamsul Arifin, dan KHR Syamsul Arifin. Pesantren ini didirikan oleh KHR Syamsul Arifin pada 1908 M, sehingga usianya sudah mencapai 115 tahun atau lebih dari satu abad.
Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo selama ini telah dinilai banyak berkontribusi untuk NU, agama, maupun bangsa. Pesantren ini pernah menjadi tempat Muktamar ke-27 NU pada 1984 dan lokasi Munas Alim Ulama pada 1983. Di pesantren ini lah lahir keputusan NU kembali ke khittah 1926 dan penetapan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Yud/Red).
Komentar